Tripelaketoba – Sudah pernah ke samosir gk kawan-kawan ? Pernah melihat pertunjukkan Patung Sigale-gale? Atau pernah dengar sebutan Sigale-gale kalau lagi berwisata ke Samosir ?. Kalau sudah pernah syukurlah, kalau belom, ini cerita legenda kenapa sampai sekarang Sigale-gale masih menjadi kekayaan Budaya Anak Samosir. Cerita Legenda ini banyak versi yang tersebar di masyarakat, namun ini adalah versi kebanyakan dari penduduk setempat dimana Sigale-gale sering dipertunjukkan.
Konon pada zama dahulu, Ada seorang Raja (Nama Raja Rahat) yang terkenal di Samosir dan memiliki Anak satu-satunya yang menjadi kesayangan Raja yang bernama Raja manggale. Pada saat ini, terjadi penyerangan di kawasan perbatasan daerah kekuasaan mereka, sehingga Raja tersebut mengutus anaknya Raja Manggale memimpin sebagai Panglima perang pada saat itu.
Namun apa yang terjadi ditengah pertempuran,Raja Manggale gugur dan tidak kembali pulang ke rumah sang Raja Rahat. Mendegar kabar tersebut, Sang Raja sangat sedih hingga jatuh sakit.
Raja ini merupakan Raja yang sangat dicintai oleh Rakyatnya sehingga semua rakyat dan datu pada kampung tersebut datang berbondon-bondong dan mengusahakan mendatangkan tabib untuk menyembuhkan sang Raja. Hingga pada suatu waktu datang seorang Sibaso (Datu Perempuan) mengatakan bahwa sang Raja jatuh sakit karena rindu kepada Anaknya.
Kemudian Sibaso menyarankan kepada datu untuk membuatkan patung yang mirip dengan anak Raja Rahat tadi yaitu Manggale. Banyak ritual yang terjadi dalam pembuatan Patung ini, hingga pada suatu saat patung ini dijadikan menjadi media pemanggilan roh anak Raja Rahat dan dinamakan Patung Sigale-gale. Datu Sibaso tadi kemudian melakukan ritual dengan memainkan musik sabangunan untuk memanggil arwah Raja Manggale ke patung Sigale-gale tadi. Melihat patung itu bergerak dan seperti anak sang Raja. Raja Rahat itu pulih dari Sakitnya.
Pada zaman dahulu, Patung ini digunakan sebagai simbol penghantar kematian baik orang yang mempunyai keturunan (saor matua) untuk menyambungkan keturunan di alam baka kelaknya maupun orang yang tidak memiliki keturunan (mate punu). Bagi orang Batak, meninggal tanpa keturunan adalah sebuah kesalahan. Patung ini digunakan untuk menghindari kutukan (tidak memiliki keturunan) menyebar.
Pembuatan patung sigale-gale tidaklah muda, memerlukan orang yang menjiwai dan dipercayai akan meninggal menjadi tumbal patung tersebut sebagai arwah yang mengisinya. Oleh karena itu, keberadaan patung ini sangatlah sedikit.
Dahulu patung ini diyakini bisa menari sendiri karena daya mistis yang kuat pada zaman itu. Namun seiring masuknya agama Kristen ke daerah Toba ritual ini perlahan bergeser. Upacara Sigale-gale, kini kerap dipertunjukkan sebagai hiburan dan daya tarik bagi wisatawan. Patung Sigale-gale ini sekarang dapat menari karena dikontrol oleh seseorang di belakang patung dengan sebuah benang.
Anda dapat menemukan patung Sigale-gale ini di Samosir yaitu di desa Tomok, Garoga, Simanindo dan Siallagan.
Tiap tahunnya Samosir punya event tahunan khusus drama kolosal patung ini lho, lihat disini selengkapnya.
Kuy, Menari dengan Patung Sigale-gale..
Nunga lelengSai hupaima hoAtik na olo ho di auManang naso rade roham Nungga lelengSai hu… Baca selengkapnya
Ito dang tarmaafhon au be hoHaccit lungun rohaku dibaen hoDang tarsuhatan be na ilu naung… Baca selengkapnya
Tangiang ni dainang I namaparorot tondikiManang di dia pe au manang di dia pe auTontong… Baca selengkapnya
Di parbissar mataniari Hehe au sian podomani Mangullus ma alogo Da sian doloki tung hohom… Baca selengkapnya
Reff : Horas! Horas Tano Batak Horas! Untuk Tanah Batak Horas! Nang pangisi nai Horas!… Baca selengkapnya
HasianNunga naeng onom ari dang marbarita hoNunga naeng ngali rohangku dao au sian hoAdong na… Baca selengkapnya
This website uses cookies to learn more about your interest, so we can provide the proper content for you then.
Tampilkan komentar