Di tanah Silindung, terdapat seorang gadis yang selalu dipingit oleh kedua orangtuanya karena kecantikannya yang luar biasa, seperti seorang bidadari surgawi. Gadis ini diyakini sebagai gadis paling cantik di antara semua gadis di wilayah tersebut. Saat Si Boru Natumandi memasuki usia dewasa, ia menghabiskan harinya sebagai seorang penenun kain ulos tradisional. Ia hidup terasing, bukan karena keinginannya, melainkan karena orangtuanya terlalu sayang dan melindunginya.
Salah satu penduduk Desa Hutabarat, Lomo Hutabarat (51), yang mengklaim memiliki hubungan keluarga dengan keluarga Si Boru Natumandi, baru-baru ini menyatakan bahwa kampung halaman Si Boru Natumandi dulunya berada di Dusun Banjar Nahor, Desa Hutabarat. Namun, dusun itu kemudian pindah sekitar 500 meter dari desa aslinya dan sekarang dikenal dengan nama Dusun Banjar Nauli.
Pada suatu hari di siang yang terik, Si Boru Natumandi sibuk menenun di gubuk khususnya. Tiba-tiba, seekor ular besar muncul di dekatnya. Konon, ular tersebut adalah seorang pria yang memiliki kekuatan gaib dan berasal dari Pulau Samosir. Ketika ular itu mendekati Si Boru Natumandi, ia melihat bahwa sosok ular itu sebenarnya adalah seorang pria yang gagah dan tampan. Pada saat itu, ular itu mencoba merayu dan mengajak Si Boru Natumandi untuk menikah dengannya.
Terpesona akan kegagahan dan pesona sang pria berwujud ular tersebut, Si Boru Natumandi akhirnya menerima lamaran tersebut. Setelah lamarannya diterima, sang pria ular mengajak Si Boru Natumandi untuk pergi ke Sungai Aek Situmandi dan melewati tempat mandi harian Si Boru Natumandi di Sungai Aek Hariapan. Di tempat itu, mereka meninggalkan pesan kepada orangtua Si Boru Natumandi dengan cara menaburkan sekam padi dari tempat Si Boru Natumandi menenun hingga ke Liang Si Boru Natumandi sekarang. Pesan dan tanda itu dimaksudkan agar orangtua dan keluarga mengetahui bahwa dia telah pergi dan akan menikah dengan seorang pria. Pesan tersebut berarti bahwa di tempat sekam padi berakhir, itulah tempat Si Boru Natumandi berada.
Sore harinya, ketika kedua orangtuanya pulang dari ladang, mereka mulai curiga saat melihat putri tunggal mereka tidak ada di tempatnya menenun dan juga tidak ada di rumah. Akhirnya, kedua orangtuanya memutuskan untuk memberitahukan kepada warga sekitar dan mencari Si Boru Natumandi.
Setelah melihat taburan sekam padi yang menjadi tanda dan tidak menemukan Si Boru Natumandi hingga keesokan harinya, warga meyakini bahwa Si Boru Natumandi telah menikah dengan ular. Namun, versi cerita lain menyebutkan bahwa Si Boru Natumandi tidak menikah dengan siluman ular yang bermarga Simangunsong. Sebaliknya, ular tersebut meninggalkan Si Boru Natumandi begitu saja di sebuah tempat yang sepi.
Setelah ditinggalkan begitu saja, Si Boru Natumandi terus menangis karena tertipu oleh siluman ular tersebut. Namun, saat itu seorang penggembala datang mendekatinya dan terpesona oleh kecantikan dan pesonanya. Penggembala tersebut mengajak Si Boru Natumandi untuk menikah dengannya. Konon, dalam versi ini, penggembala tersebut bermarga Sinaga.
Penggembala itu kemudian membawa Si Boru Natumandi ke Pulau Samosir untuk menikah. Beberapa generasi kemudian, keturunan Si Boru Natumandi dan penggembala bermarga Sinaga di Samosir berusaha mencari asal usul Si Boru Natumandi. Mereka melakukan perjalanan melintasi Danau Toba dengan sebuah perahu kayu menuju Kota Tarutung, membawa sejumlah makanan khas adat Batak. Namun, ketika mereka tiba di Sipoholon (kota sebelum Tarutung saat ini), mereka bertemu dengan keturunan Hutabarat Pohan yang tinggal di sana, yang merupakan keturunan Raja Nabolon Donda Raja.
Ketika rombongan bertanya tentang Si Boru Natumandi, keturunan Raja Nabolon Donda Raja yang tinggal di Sipoholon langsung mengakui bahwa mereka adalah keturunan Si Boru Natumandi. Makanan yang dibawa oleh keturunan Si Boru Natumandi diterima dengan tulus, dan acara syukuran pun dilakukan. Padahal, sebenarnya Si Boru Natumandi adalah anak kedua dari Hutabarat Pohan, yakni Raja Nagodang, yang saat ini masih tinggal di Dusun Banjar Nauli.
Setelah acara syukuran selesai, rombongan keturunan Si Boru Natumandi kembali ke Samosir untuk memberitahukan kabar tersebut kepada keluarga. Namun, saat mereka menyeberangi Danau Toba, perahu yang mereka naiki tenggelam dan semua orang dalam perahu tersebut meninggal dunia.
Dalam versi cerita lainnya, dikatakan bahwa Si Boru Natumandi menikah secara resmi. Hal ini berdasarkan pengalaman L. Hutabarat, yang sejak kecil pernah melihat sebuah guci kayu tempat pernikahan Si Boru Natumandi di rumah saudaranya, Boru Simatupang. Saat itu, Boru Simatupang mengatakan kepada L. Hutabarat bahwa guci tersebut adalah tempat pernikahan Si Boru Natumandi.
Guci tersebut konon memiliki sejarah yang unik, di mana isinya hanya berupa kunyit yang suatu saat akan berubah menjadi emas. Pemberian guci ini berasal dari keluarga suami Si Boru Natumandi yang memiliki ilmu kesaktian.
Nah, kalau kamu penasaran seperti apa Goa (Liang) ini bisa langsung cek lokasi berikut.
Nunga lelengSai hupaima hoAtik na olo ho di auManang naso rade roham Nungga lelengSai hu… Baca selengkapnya
Ito dang tarmaafhon au be hoHaccit lungun rohaku dibaen hoDang tarsuhatan be na ilu naung… Baca selengkapnya
Tangiang ni dainang I namaparorot tondikiManang di dia pe au manang di dia pe auTontong… Baca selengkapnya
Di parbissar mataniari Hehe au sian podomani Mangullus ma alogo Da sian doloki tung hohom… Baca selengkapnya
Reff : Horas! Horas Tano Batak Horas! Untuk Tanah Batak Horas! Nang pangisi nai Horas!… Baca selengkapnya
HasianNunga naeng onom ari dang marbarita hoNunga naeng ngali rohangku dao au sian hoAdong na… Baca selengkapnya
This website uses cookies to learn more about your interest, so we can provide the proper content for you then.